“Assalamualaykum Bapak, nanti jam 11 siang Vie mau brangkat kebandara,
mungkin sekitar pukul 2 siang Vie sudah naik pesawat, minta doanya ya pak
semoga Vie selamat sampai tujuan, bapak jaga kesehatan ya, baik-baik di rumah”.
Hujan yang turun sejak pagi tadi seakan mengiringi
kepergianku, hujan yang turun seolah tau apa yang sedan aku rasakan saat ini, antara
sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Di dalam mobil yang membawa 6 calon
Tenaga Kerja Indonesia dengan tujuan Taiwan, aku yang sengaja duduk di dekat
jendela merasa puas berbincang-bincang dengan tetesan air hujan yang jatuh di
kaca mobil yang mengantarkan kami ke bandara. Sesekali aku menoleh ke arah
sosok gadis yang duduk tepat di sampingku, Sari namanya, aku tau apa yang
sedang dia rasakan, ya tentu saja sama seperti yang apa aku rasakan antara
sedih, takut dan bahagia bercampur jadi satu.
2 novenber 2011, pertama kalinya aku menginjakkan
kaki kecilku di Formosa, namaku Vie usiaku 21 tahun, semenjak lulus dari bangku SMA aku memutuskan
untuk bekerja ke Taiwan, sebenernya aku ingin sekali bisa melanjutkan kuliah seperti
teman-temanku tapi apa daya aku terlahir bukan dari keluarga
yang berada, aku
gak tega kalau harus meminta uang kepada orang tuaku hanya sekedar untuk biaya
kuliahku, padahal kebutuhan yang lebih penting juga banyak yang harus di
penuhi, untuk itu aku putuskan
saja untuk
bekerja,
agar bisa membantu
perekonomian keluarga, walaupun aku bukan terlahir dari
keluarga yang berada tapi aku
sangat beruntung karena masih memiliki orangtua yang
sangat menyayangiku, ibu bapak i love you. Aku gak malu kerja jadi TKW, selama
pekerjaan yang aku kerjakan itu halal, why not, gitu loh?, setelah beberapa
bulan di Taiwan aku
benar-benar bisa merasakan
pahit dan manisnya bekerja di Taiwan. Seorang Vie yang manja kini tau
bagaimana rasanya mencari uang, berat, penuh dengan perjuangan, dan ini semua
gak mudah. Tapi Vie gak sendiri di Taiwan masih banyak teman-teman Vie di luar
sana, mereka hebat, mereka adalah pahlawan untuk keluarga dan anak-anaknya.
Mereka
hebat, karena mereka bisa dan mampu melewati masa-masa yang teramat sulit, hampa & rindu adalah makanan
sehari-hari mereka. Mereka tetap berusaha menguatkan hati kecilnya &
yakin kalau mereka pasti mampu melewati ini semua, walaupun tak ada
seorang pun di sampingnya, mereka harus rela meninggalkan orang-orang yang di
kasihinya, teman, keluarga dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Mereka
Kuat, suatu kekuatan
luar biasa yang telah
di berikan oleh Tuhan, agar mereka tetap semangat menjalani hari-harinya, karena
mereka yakin pada akhirnya nanti usahanya
ini akan berbuah manis, mereka berharap bisa mengembangkan
senyum bahagia di bibir orang-orang yang di cintainya.
Mereka
sabar, apapun yang di lakukan
majikan kepada mereka, mereka senantiasa menerimanya dengan sabar, karena hatinya
telah di kuatkan dan di tegarkan oleh Tuhan. Mereka akan selalu bersabar walaupun terkadang
apa yang di lakukan sang majikan sering kali membuat hatinya kecewa, tentu kalian semua pernah melihat berita di tv
tentang berita sodara-sodara kita yang di perlakukan kurang
baik oleh sang majikan, pulang
dengan keadaan cacat bahkan ada pula yang pulang sudah tak bernyawa. Hal itulah
yang terkadang membuat kita merinding , tragis memang tapi kembali lagi ke pada
takdir hanya Tuhan
yang tau nasib kita kedepannya, kita hanya bisa berdoa dan berserah diri kepadaNya.
Mereka ikhlas, seberat apapun pekerjaan dan beban yang di
limpahkan kepadanya , kala kita menerimanya dengan iklas, pasti semua itu akan terasa
ringan dan menyenangkan.
Dengan
keempat hal itulah kenapa samapai sekarang aku masih bisa bertahan di tempat
kerjaku, walaupun memang sudah dua kali ini aku pindah majikan, di karenakan
nenek yang dulu aku rawat meninggal dunia, dan sekarang aku sudah berada di
rumah majikan yang baru, kali ini aku menjaga seorang kakek, yang
berusia 86 tahun, aku sangat bersyukur karena majikanku begitu baik kepadaku, semua kebutuhanku di
penuhi oleh mereka, yang sangat membuatku bahagia adalah aku
bisa bekerja sambil kuliah,
sekarang akupun terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Terbuka Taiwan jurusan manajemen, tidak
mudah untuk membagi waktu antara bekerja dan belajar, tapi aku sangat menikmati
itu
karena di situlah seninya bekerja sambil belajar beda sekali dengan masa SMA
dulu, dari uang jajan sampai uang sekolah masih di penuhi oleh orang tua, ada
baiknya juga sih aku ikut kuliah itu
fikiranku jadi tidak
terlalu fokus rindu kepada kampung halaman, karena sudah di sibukan dengan
tugas-tugas kuliah.
Perjuanganku untuk bisa melanjutkan kuliah di Taiwan pun tidak mudah, aku juga sempat bersiteru dengan pihak agensiku karena mereka berpendapat TKW di sini itu hanya
untuk bekerja tidak untuk belajar
apalagi sambil kuliah,
sampai-sampai aku harus mendaftar kuliah tanpa sepengetahuan pihak majikan dan agensiku,
karena aku sudah minta ijin berkali-kali untuk bekerja sambil belajar tapi apa hasilnya, mereka selalu saja memarahiku, dengan berjalannya
waktu akhirnya meraka tau kalau ternyata aku sudah terdaftar menjadi salah satu
mahasiswa di UT-Taiwan,
karena pihak UT-Taiwan mengirim surat ijin kepada majikan untuk memberiku libur
dan bisa mengikuti orientasi mahasiswa baru, tapi lagi-lagi majikan tak memberiku ijin dan malah
memarahiku, tapi aku tak pantang menyerah beberapa minggu kemudian
modul-modulnya pun datang , dan majikan ku pun hanya berkata "kamu boleh
membacanya dan belajar di rumah saja tidak untuk pergi ke tempat perkuliahan”.
Waaah, perasaanku galau seketika, apa yang harus aku lakukan, meneruskan
kuliahku atau stop disini, diam dan terus berfikir, hati kecilku pun berbisik,
“hi Vie, kalau kamu berhenti di sini, bererti kamu sudah gagal, lanjutkanlah
niatmu, apakah kamu tau kenapa ikan salmon itu mahal harganya di bandingkan
dengan ikan-ikan yang lainya, ya karena ikan salmon itu luar biasa, ketika
ikan-ikan yang lainnya berenang mengikuti arus, ikan salmon berbeda, dia justru
berenang melawan arus, walaupun nyawa taruhannya, kalau sekedar berenang
mengikuti arus saja sih, ranting pohon yang patahpun bisa, apa kamu mau hidup
seperti ranting pohon yang hanyut itu?” Ok fix, bukan Vie namanya kalau hanya
sampai di sini, tapi ranting kering yang hanyut. Jadi apapun yang terjadi aku
harus tetep meneruskan perjuanganku.
Walaupun begitu, aku harus tetap berterima
kasih kepada majikanku, karena sudah di ijinkan untuk belajar di rumah,
sebenarnya aku juga sempet berfikir seandainya aku tidak bisa mengikuti ujian
tertulis bagaimana?. Tiba-tiba aku teringat akan kata bijak yang pernah aku
baca, “jangan pernah mencemaskan akan masa depan , lakukan yang terbaik saat ini
maka akan baik pula akhirnya”. Tuhan itu maha tau, jadi berusahalah agar Tuhan
tak berpaling darimu, Tuhan tidak mungkin tega membiarkan hambanya yang
kesusahan, biasanya pertolongan Tuhan selalu datang di detik-detik terakhir
maka bersabarlah. Aku sangat percaya akan hal itu, karena aku sendiri sudah
mengalaminya, ketika aku merasa jenuh dan hampir putus asa, tiba-tiba Tuhan
mengirimkan pertolongannya, aku gak akan cerita disini soalnya bakalan panjang
kalau harus aku tuliskan di sini, terlalu banyak pertologan demi pertolongan
yang sudah diberikan Tuhan kepadaku, sebagai buktinya yaitu aku masih bisa
melanjutkan kuliahku sampai saat ini, dan menurutku ini adalah pertolongan
Tuhan yang sangat luar biasa.
Kalau aku di tanya “siapakah sosok pahlawan
dimatamu?” dengan tegas aku jawab, pahlawan itu adalah “Kamu”. Kamu yang pergi
jauh meninggalkan orang-orang tercinta di Indosesia. Kamu yang tak kenal lelah
bekerja demi menghidupi keluarga di Indonesia. Kamu yang rela melakukan apa
saja demi bisa meyekolahkan anak-anakmu di rumah. Kamu yang selalu aku lihat di
taman-taman, di rumah sakit, di tepi jalan, di pabrik dan di setiap sudut kota
Taiwan.
Masyaallah
BalasHapus