Bisakah tanpa
pacaran kita menemukan sosok suami yang ideal? Pertanyaan yang saya
lemparkan tadi sebenarnya lebih pas jika berbunyi,"Bisakah seseorang
mendapatkan suami yang ideal melalui proses pacaran?" karena laki2 yang
ideal sebagaimana yang disebutkan oleh Islam tentu akan bergerak dan
mengupayakan berlangsungnya proses pernikahannya secara ideal, yaitu
mengikuti syari'at Islam. Dalam pandangan laki-laki tersebut, kebaikan
segala perkara hanya bisa ditempuh dengan cara mengikuti aturan yang
digariskan oleh Islam, bukan dengan menentangnya atau mencari aturan
hawa nafsu. Menurut pandangannya, urusan kehidupan, termasuk
pernikahan, diupayakan agar mengandung keberkahan. Sedangkan keberkahan
itu tak mungkin dihasilkan melainkan dengan keta'atan kepada Alloh,
menjalankan syari'at Nabi-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Seorang laki-laki ideal adalah yang disebutkan oleh Nabi sebagai orang yang baik agama dan akhlaknya. Nabi Muhammad memerintahkan wali seorang wanita untuk menikahkan jika orang yang seperti ini datang melamar. Kebaikan agama seseorang secara kasat mata dilihat dari kwalitas dan kwantitas ibadah yang dilakukannya. Kwalitas yang dimaksud adalah terkait dengan keikhlasan dan kecocokan amalan tersebut dengan sunnah Nabi, ajaran Islam. Keikhlasan tentu bukan urusan kita, karena manusia tak mengetahui hati orang lain. Poin ini hanya khusus urusannya dengan Alloh. Namun yang bisa disaksikan adalah yang kedua yaitu kesesuaian antara amalannya dengan petunjuk islam. Sisi Kwantitas atau banyaknya ibadah adalah poin plus berikutnya, bila memang dari segi kwalitas sudah pas. Kebaikan ibadah ini secara mudah bisa didapatkan informasinya secara secara langsung dari kesungguhannya dalam menjalankan shalat secara berjama'ah, puasa sunnahnya, membaca al-quran, sedekah, bakti kepada orang tua dan sebagainya. Termasuk juga kesungguhannya dalam menuntut agama yang lurus. Informasi tentang kebaikan agamanya juga bisa didapatkan dengan mengetahui kesungguhannya meninggalkan berbagai aktivitas kemungkaran dengan segala macam bentuknya.
Seorang laki-laki ideal adalah yang disebutkan oleh Nabi sebagai orang yang baik agama dan akhlaknya. Nabi Muhammad memerintahkan wali seorang wanita untuk menikahkan jika orang yang seperti ini datang melamar. Kebaikan agama seseorang secara kasat mata dilihat dari kwalitas dan kwantitas ibadah yang dilakukannya. Kwalitas yang dimaksud adalah terkait dengan keikhlasan dan kecocokan amalan tersebut dengan sunnah Nabi, ajaran Islam. Keikhlasan tentu bukan urusan kita, karena manusia tak mengetahui hati orang lain. Poin ini hanya khusus urusannya dengan Alloh. Namun yang bisa disaksikan adalah yang kedua yaitu kesesuaian antara amalannya dengan petunjuk islam. Sisi Kwantitas atau banyaknya ibadah adalah poin plus berikutnya, bila memang dari segi kwalitas sudah pas. Kebaikan ibadah ini secara mudah bisa didapatkan informasinya secara secara langsung dari kesungguhannya dalam menjalankan shalat secara berjama'ah, puasa sunnahnya, membaca al-quran, sedekah, bakti kepada orang tua dan sebagainya. Termasuk juga kesungguhannya dalam menuntut agama yang lurus. Informasi tentang kebaikan agamanya juga bisa didapatkan dengan mengetahui kesungguhannya meninggalkan berbagai aktivitas kemungkaran dengan segala macam bentuknya.
Sebenarnya
kebaikan agama seseorang tak bisa dibatasi sekedar ini saja, karena
poin yang lain, seperti yang terkait masalah akidah harus lebih dahulu
dipertimbangkan. Orang tersebut haruslah bebas dari berbagai perbuatan
dan keyakinan syrik. Bentuk kesyirikan misalnya, hobi ngalap berkah
kekuburan orang saleh, rajin kedukun, doyan klenik, senang mengumpulkan
jimat dan pusaka. Pastikan orang yang akan menjadi pendamping anti
bebas dari hal yang demikian ini. Bila demikian, mana mungkin seorang
laki-laki ideal-sebagaimana yang dicirikan karakternya oleh
Rosululloh-menempuh jalur pacaran-yang jelas tidak dirihoi Alloh-dalam
mengupayakan jodohnya. Hendaklah jangan putus asa dalam masalah
perjodohan ini. Kekhawatiran tidak mendapatkan jodoh hendaknya dipupus
mulai sekarang. Karena Alloh telah memberikan rezeki kepada
makhluk-Nya, termasuk halnya dalam masalah jodoh. Yang tersisa bagi
adalah berdo'a dengan bersungguh-sungguh meminta kepada Alloh dan
berupaya dengan cara-cara yang disahkan oleh syari'at Islam.
Allohu'alam....!
Suam ideal adalah suami yang memperlakukan istri dengan tuntunan
syariat islam. Mereka itu sangat cakap dalam memenuhi hak-hak istrinya.
Maka suami ideal itu adalah :
- Membayar mahar istri dengan sempurna
- Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan
- Memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut
- Meminta pendapat istri dalam urusan rumah tangga dan anak-anaknya
- Bersenda gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan
- Memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya
- Berpenampilan bersih, rapi, wangi di hadapannya
- Membantu istri dalam tugas-tugas rumah tangga yang kadang tidak tertangani
- Meringankan pekerjaan istri dengan seorang pembantu bila berkesanggupan
- Meringankan pekerjaan istri dengan perlengkapan dapur dan rumah tangga yang memadai bila berkesanggupan
- Menempatkan istri di tempat tinggal yang tidak bercampur dengan saudara ipar laki-laki
- Memerintahkan istri memakai busana muslimah bila keluar rumah
- Menemani istri bila bepergian
- Tidak menyiarkan rahasia suami istri
- Menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya (istri)
- Tidak membawa-bawa istri ke tempat-tempat maksiat
- Memberi peringatan dan bimbingan yang baik bila istri lalai dari kewajibannya
- Bila sampai harus memukul istri karena alasan yang syar’i, maka ia tidak memukul wajah dan anggota tubuh yang dapat meninggalkan kerusakan dan berbekas
- Memuliakan dan menghubungkan silaturahmi kepada orangtua dan keluarga istri
- Memanggil istri dengan panggilan kesukaannya
- Bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah SWT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar