Minggu 24 maret 2013 dimana pertamakalinya aku memutuskan untuk berhijab, namaku Silvi aku
bukan anak yang terlahir dari keluarga yang religius, bahkan ayah ibuku tidak
pernah mengajakku untuk sholat berjamaah di rumah, ayah ibuku juga tidak pernah
memarahiku ketika aku malas mengaji, dan ayah ibuku tidak pernah menyuruhku
untuk memakai hijab, padahal menutup aurat adalah wajib hukumnya bagi seorang
muslimah. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi “Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin: Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS al-Ahzab [33]: 59)”.
Ayat tersebut yang menjadi alasan terbesarku kenapa
aku harus menutup aurat, ada pula peringatan-peringatan yang lainnya seperti “Selangkah
anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga
ayahnya itu hampir ke neraka. Selangkah seorang isteri keluar rumah tanpa
menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka”. Ngeri banget ya, ok mari kita bahas satu
persatu, pabila seseorang yang bergelar
ayah tidak mempedulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan
segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji dan sebagainya. Dia
membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat maka dia akan ditarik
oleh anaknya. Begitu pula seorang suami, apabila seorang suami tidak
mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di masyarakat, berhias diri
bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan mahram, apabila
suami berdiam diri walaupun dia seorang alim (solat terjaga, puasa rajin) maka
dia akan ditarik oleh isterinya. Bukan hanya berlaku untuk ayah dan suami kita
loh, tapi juga kakak dan anak laki-laki kita. Apabila ayahnya sudah tiada,
tanggung jawab menjaga kehormatan wanita jatuh kepada kakak-kakaknya. Jika
mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik perempuannya dibiarkan jauh
dari ajaran Islam, tunggulah tarikan adiknya di Akhirat. Apabila seorang anak
tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram dari Islam, maka anak
itu akan ditanya dan dipertangung jawabkan di Akhirat kelak nantikan tarikan
ibunya, naudzubillah.
Renungkanlah!!!
Wahai saudariku,
Tidakkah kau mengasihi ayahmu. Dia bekerja keras
untuk memberi nafkah. Dia besarkan kau dengan sebaik-baiknya. Dia korbankan
lelahnya untuk besarkan kau. Mungkin juga ayah tidak menekankan kau dengan
ajaran agama tetapi tidak maukah kau berubah untuk selamatkan ayahmu di Neraka.
Dia juga bukan ahli maksum tanpa dosa tetapi dia juga melakukan dosa. Malahan
dia sendiri tidak dapat menampung dosanya yang ada.
“Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa
menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke Neraka. Selangkah
seorang isteri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga suaminya
itu hampir ke Neraka.”
Haruskah kau menyalahkan ayahmu semata-mata karena
dia tidak memberi penekanan yang tegas kepadamu sebagai seorang muslimah? Adakah kau tidak menyayangi ayahmu?
Sanggupkah kau biarkan ayahmu masuk Neraka hanya karenamu? Mengapa tidak mau
kau sendiri yang berubah karena kau ingin menjauhkan ayah dari Neraka?
Bila kau tak pedulikan itu, sungguh kau sangat
kejam, karena kau sengaja biarkan ayahmu
ditarik ke dalam Neraka. Dia ayahmu, selangkah ayahmu ingin masuk ke Syurga tp
malah kau tarik dia ke Neraka. Kasihanilah ayahmu.
Tidakkah kau sayang
kepada ayahmu? Sanggupkah kau biarkan ayah di Neraka sendirian hanya
karenamu?
Wahai isteri,
Suamimu adalah lelaki yang kau cintai. Dia adalah
suami yang telah menikahimu. Dialah yang memberimu nafkah, mendidik anak-anak.
Dialah yang bersamamu ketika kau susah. Dialah yang memberi kegembiraan ke
dalam dirimu ketika kau sedih. Dialah penentram jiwa untuk tabah dan sabar
ketika dalam kesusahan. Dia bekerja keras mencari nafkah untukmu dan anak-anakmu.
Sanggupkah kau membiarkan dia ditarik ke Neraka
hanya karenamu?
Tegakah kau biarkan suami yang kau cintai di siksa di
dalam Neraka hanya karenamu?
Sungguh walaupun dia membiarkanmu, namun tidak
maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan api neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak
mampu menampung dosanya, apa lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap kali
kau melangkah keluar tanpa penutup
aurat, kau telah menambah dosanya untuk dapatkan tiket ke Neraka. Naudzubillah.
Wahai adik perempuan,
Kakakmu adalah lelaki yang akan menggantikan ayahmu.
Dialah yang akan menjadi pengganti ayahmu mencari nafkah untuk keluarga. Dialah
yang akan bersusah payah mencari nafkah untukmu. Dia adalah tempat untuk kau
mengadu masalah yang pernah kau adukan pada ayah pada suatu masa dahulu. Tetapi
apabila ayah tiada, dialah yang menjadi penggantinya.
Sanggupkah kau biarkan kakak yang menggantikan ayah
mencari nafkah untukmu ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Tegakah kau biarkan kakak yang memanjakanmu disiksa
di dalam Nerak hanya karenamu?
Sanggupkah kau biarkan kakak yang menjadi tempat kau
mengadu ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Sungguh biarpun kakak diam dan tidak menegur
perilaku dirimu, namun tidak maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan
api neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak mampu menampung dosanya, apa
lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap kali kau melangkah keluar
tanpa menutup aurat, kau telah menabah dosanya untuk mendapatkan tiket ke Neraka?
Wahai ibu,
Anak lelakimu adalah darah dagingmu. Ibu pasti
sangat menyayangi anak lelakimu karena dialah darah dagingmu yang kau lahirkan,
yang kau belai ketika kecil, yang kau suapkan makanan, yang kau berikan
keperluan ketika dia butuhkan. Ibu, dia anakmu. Ibu pasti sayang padanya dengan
perasaan yang sangat dalam.
Sanggupkah kau biarkan anak lelakimu yang merupakan
anakmu yang sangat kau sayangi ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Sanggupkah kau biarkan anak lelaki yang kau
lahirkan, ditarik dan di siksa di dalam Neraka hanya karenamu?
Sungguh biarpun dia diam dan tidak menegur perilaku
dirimu, namun tidak maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan api Neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak
mampu menampung dosanya, apa lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap
kali kau melangkah keluar tanpa menutup aurat, kau telah menambah dosanya untuk
di tarik ke Neraka.
Tegakah kau membiarkan mereka ditarik ke neraka
hanya karenamu, wahai saudariku? Mengapa tidak berubah, mari berhijrah berusaha
menjadi muslimah sejati agar mereka dapat selamat dari siksaan api neraka.
Jadilah kalian muslimah sejati agar 4 golongan
lelaki ini tidak menjadi mangsa tarikanmu ke Neraka. Mereka bukanlah ahli
maksum yang terpelihara daripada dosa tetapi mereka juga melakukan dosa. Namun
jika dosa mereka tidak mampu mereka tampung, apa lagi menampung dosamu.
Begitu banyak dosa yang telah aku lakukan, oleh
karena sebab itu aku memutuskan untuk berhijrah, berusaha menjadi muslimah
sejati agar aku dapat menyelamatkan ayah serta sodara laki-lakiku, akupun mulai
membeli sejadah, mukenah, al-qur’an, serta buku panduan sholat, semoga
waktu-waktuku setelah berhijab lebih berkah dan di ridhoi oleh Allah.
Dulu sebelum aku memutuskan untuk berhijab aku
pernah bilang kepada ibuku, dan ibu mengijinkan dengan syarat ketika kita sudah
memutuskan untuk menutup aurat kita, jangan pernah sekali-kali kau buka lagi
auratmu.
Tapi berbeda dengan ayahku, ketika aku kirimkan
fotoku dengan memakai gamis dan jilbab panjang
kepada beliau, beliau berkata “Kamu kan kerja di Taiwan, kalau kamu
pulang dengan menggunakan pakaian seperti itu nanti orang-orang kira kamu baru
pulang dari Arab Saudi”. Tapi aku berhasil meyakinkannya untuk bisa menerima
bahwa ketika aku pulang nanti aku akan menutup auratku.
Ya, saat ini aku sedang bekerja di negara yang
mayoritas penduduknya beragama non muslim, hal ini menjadi salah satu ujian
untuk para muslimah yang bekerja di sini, tidak semua masyarakatnya menyukai
orang yang mengenakan hijab termasuk bos ku sendiri, kebetulan aku bekerja
sebagai care taker atau biasa di sebut bekerja menjaga orang tua dan saat ini
aku bekerja menjaga kakek berusia 85 tahun. Ketika keluarga kakek yang aku jaga
melihat kepalaku tertutup rapat, mereka sempat kaget dan bertanya kepadaku
“kenapa kamu menutupi kepalamu?” dan aku jawab karena aku muslim dan aku nyaman
memakainya.
Selang beberapa bulan, tepatnya di bulan juni 2013,
tiba-tiba majikanku memutuskan untuk memberentikanku, aku di pecat dari
pekerjaanku, lalu aku di jemput oleh agencyku untuk di bawa ke kantor untuk
proses mencari pekerjaan yang baru, di sepanjang perjalanan aku berfikir,
sebenarnya apa yang membuat mereka memecatku, apakah aku telah berbuat salah,
apakah aku telah menyakiti hati mereka, setibanya di kantor aku langsung di
panggil keruangan yang sudah banyak orang berkumpul di sana, dan di sini
jawaban atas kebingunganku terjawab, semua orang memandangku dengan wajah
sinis, dan ada satu penerjemah yang menghampiriku sambil berkata “kenapa kamu
pakai jilbab di sini, apa kamu tidak tau kalau orang Taiwan itu tidak suka
melihat orang memakai jilbab, kamu ingin tau kenapa kamu di pecat dari
pekerjaanmu, karena bos kamu itu tidak suka melihat kamu memakai jilbab,
sekarang kamu lepas jilbab itu, kalau tidak mau kami akan memulangkan kamu ke
Indonesia”.
Seketika aku menangis di tempat ketika mereka
melepakan jilbab dari kepalaku, sambil berkata dalam hati “Ya Allah, ampuni
hamba Ya Allah, ampuni dosa ayah hamba ya Allah, Ya Allah panjangkan umur hamba
untuk terus bisa memperbaiki diri dan kembali di jalanMu’.
Setelah 2 minggu menunggu akhirnya ada orang yang
mau mempekerjakanku lagi, masih sama seperti pekerjaanku yang dulu, yaitu
menjaga seorang kakek. Lagi-lagi ketika aku minta ijin kepada keluarga bos
baruku untuk memakai jilbab, mereka dengan tegas menolak, lagi-lagi mereka
melarangku memakai jilbab.
Ya Allah aku yakin ini
semua adalah bukti betapa Engkau sayang kepadaku, engkau ingin tau seberapa
sabar dan kuatnya diri ini dalam menghadapi ujianMu, tidak ada ujian yang
Engkau berikan kepada hambamu melainkan untuk menguatkan iman dan meninggikan
derajatnya, tidak ada ujian yang melemahkan. Jujur sampai saat ini aku
benar-benar sedih dan merasa sangat berdosa karena belum bisa berhijab dengan
sempurna
, ketika di rumah bersama keluarga kakek yang aku
jaga aku di larang untuk memakai jilbab, tapi ketika aku pergi tanpa keluarga
bos ku, sebisa mungkin aku selalu berusaha untuk menutup rapat auratku. Ya
ketika aku keluar rumah aku selalu membawa gamis, dan jilbab di dalam tasku,
dan di saat mulai jauh jarak antara aku
dah rumah bosku, aku berganti pakaian bak muslimah sejati, ada kenyamanan yang luar
biasa ketika aku mengenakannya. Begitupun ketika aku hendak pulang ke rumah
bosku, aku selalu berganti pakaian yang aku pakai hendak berpergian tadi, lagi
lagi merasa sangat berdosa sambil berkata “Ampuni aku ya Allah, karena sampai
detik ini aku belum bisa taat terhadap perintahmu, ampuni dosa ayah hamba ya
Allah”.
Terkadang aku sedih, ketika melihat para muslimah
yang tinggal di negara mayoritas muslim tapi masih enggan untuk menutup
auratnya, ya seperti di negara kita sendiri Indonesia, hanya karna gengsi,
hanya karena rambutnya bagus, hanya karna keliatan gak gaul alias kuno, dan
masih banyak lagi alasan yang lainnya, wahai sodariku apa artinya pujian pujian
itu kalau Allah malah murka terhadapmu, sejatinya semua kecantikan yang engkau
miliki adalah milik Allah semata, kulit putihmu, tubuh seximu, rambut indahmu
itu semua hanya titipan yang bisa di ambil oleh Allah kapan saja, jangan sampai
kecantikkanmu menjadi fitnah di dunia dan menjadi azab yang hina di akhitat.
Dinegara kita tidak ada larangan berjilbab, tidak
ada larangan untuk beribadah, apakah kalian tidak malu kepada sodari kita yang
sedang memperjuangkan jilbabnya di negara non muslim, semoga Allah senantiasa
membiri hidayah kepada mereka yang belum berhijab. Memang hijrah di jalan Allah
itu butuh perjuangan yang tidak mudah, aku tau karena aku tengah merasakannya, tapi
aku yakin Allah tidak pernah meninggalkanku, Allah selalu ada di hati
orang-orang yang mencintaiNya. Ketika kita berhijrah banyak hal yang Allah
ambil dan di ganti dengan hal yang lebih baik. Seperti hadist riwayat
Ahmad "Sungguh tidaklah yang engkau
tinggalkan sesuatu karena Allah, kecuali
Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik bagimu". Ya aku sempat
merasa kehilangan sahabat-sahabat dekatku ketika aku memutuskan untuk berhijab,
entah apa alasannya akupun tidak tau tapi aku selalu bersaha untuk tetap berhusnudzon
terhadap mereka mungkin karena merka sibuk dengan pekerjaannya, karena akupun
sedang sibuk memperbaiki diri, seiring berjalannya waktu Allah selalu
menghadirkan sahabat-sahabat yang mengalami hal yang serupa sepertiku, mereka
sedang berhijrah memperbaiki diri di jalan Allah, subhanallah sekali ketika
kami sedang malas bertilawah mereka saling menyemangati, saling berbagi ilmu
agama, dan saling menguatkan ukhuwah fillah, maka nikmat Tuhanmu manakah yang
kamu dustakan?
Allah berfirman, “Barang siapa yang berhijrah di
jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas
dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi
Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nisa: 100).
Taiwan, 16 maret
2014
By.Yulis Silvia