Kamis, 20 Maret 2014

Hijrah itu Indah




Minggu 24 maret 2013 dimana pertamakalinya aku  memutuskan untuk berhijab, namaku Silvi aku bukan anak yang terlahir dari keluarga yang religius, bahkan ayah ibuku tidak pernah mengajakku untuk sholat berjamaah di rumah, ayah ibuku juga tidak pernah memarahiku ketika aku malas mengaji, dan ayah ibuku tidak pernah menyuruhku untuk memakai hijab, padahal menutup aurat adalah wajib hukumnya bagi seorang muslimah. Seperti firman Allah SWT yang berbunyi “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS al-Ahzab [33]: 59)”.
Ayat tersebut yang menjadi alasan terbesarku kenapa aku harus menutup aurat, ada pula peringatan-peringatan yang lainnya seperti “Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke neraka. Selangkah seorang isteri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka”.  Ngeri banget ya, ok mari kita bahas satu persatu, pabila seseorang  yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat maka dia akan ditarik oleh anaknya. Begitu pula seorang suami, apabila seorang suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di masyarakat, berhias diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan mahram, apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim (solat terjaga, puasa rajin) maka dia akan ditarik oleh isterinya. Bukan hanya berlaku untuk ayah dan suami kita loh, tapi juga kakak dan anak laki-laki kita. Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga kehormatan wanita jatuh kepada kakak-kakaknya. Jika mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik perempuannya dibiarkan jauh dari ajaran Islam, tunggulah tarikan adiknya di Akhirat. Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yang haram dari Islam, maka anak itu akan ditanya dan dipertangung jawabkan di Akhirat kelak nantikan tarikan ibunya, naudzubillah.
Renungkanlah!!!

Wahai saudariku,
Tidakkah kau mengasihi ayahmu. Dia bekerja keras untuk memberi nafkah. Dia besarkan kau dengan sebaik-baiknya. Dia korbankan lelahnya untuk besarkan kau. Mungkin juga ayah tidak menekankan kau dengan ajaran agama tetapi tidak maukah kau berubah untuk selamatkan ayahmu di Neraka. Dia juga bukan ahli maksum tanpa dosa tetapi dia juga melakukan dosa. Malahan dia sendiri tidak dapat menampung dosanya yang ada.
“Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke Neraka. Selangkah seorang isteri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke Neraka.”
Haruskah kau menyalahkan ayahmu semata-mata karena dia tidak memberi penekanan yang tegas kepadamu sebagai seorang  muslimah? Adakah kau tidak menyayangi ayahmu? Sanggupkah kau biarkan ayahmu masuk Neraka hanya karenamu? Mengapa tidak mau kau sendiri yang berubah karena kau ingin menjauhkan ayah dari Neraka?
Bila kau tak pedulikan itu, sungguh kau sangat kejam, karena  kau sengaja biarkan ayahmu ditarik ke dalam Neraka. Dia ayahmu, selangkah ayahmu ingin masuk ke Syurga tp malah kau tarik dia ke Neraka. Kasihanilah ayahmu.
Tidakkah kau sayang  kepada ayahmu? Sanggupkah kau biarkan ayah di Neraka sendirian hanya karenamu?

Wahai isteri,
Suamimu adalah lelaki yang kau cintai. Dia adalah suami yang telah menikahimu. Dialah yang memberimu nafkah, mendidik anak-anak. Dialah yang bersamamu ketika kau susah. Dialah yang memberi kegembiraan ke dalam dirimu ketika kau sedih. Dialah penentram jiwa untuk tabah dan sabar ketika dalam kesusahan. Dia bekerja  keras mencari nafkah untukmu dan anak-anakmu.
Sanggupkah kau membiarkan dia ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Tegakah kau biarkan suami yang kau cintai di siksa di dalam Neraka hanya karenamu?
Sungguh walaupun dia membiarkanmu, namun tidak maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan api  neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak mampu menampung dosanya, apa lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap kali kau melangkah keluar tanpa  penutup aurat, kau telah menambah dosanya untuk dapatkan tiket ke Neraka. Naudzubillah.

Wahai adik perempuan,
Kakakmu adalah lelaki yang akan menggantikan ayahmu. Dialah yang akan menjadi pengganti ayahmu mencari nafkah untuk keluarga. Dialah yang akan bersusah payah mencari nafkah untukmu. Dia adalah tempat untuk kau mengadu masalah yang pernah kau adukan pada ayah pada suatu masa dahulu. Tetapi apabila ayah tiada, dialah yang menjadi penggantinya.
Sanggupkah kau biarkan kakak yang menggantikan ayah mencari nafkah untukmu ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Tegakah kau biarkan kakak yang memanjakanmu disiksa di dalam Nerak hanya karenamu?
Sanggupkah kau biarkan kakak yang menjadi tempat kau mengadu ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Sungguh biarpun kakak diam dan tidak menegur perilaku dirimu, namun tidak maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan api neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak mampu menampung dosanya, apa lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap kali kau melangkah keluar tanpa menutup aurat, kau telah menabah dosanya untuk mendapatkan tiket ke Neraka?

Wahai ibu,
Anak lelakimu adalah darah dagingmu. Ibu pasti sangat menyayangi anak lelakimu karena dialah darah dagingmu yang kau lahirkan, yang kau belai ketika kecil, yang kau suapkan makanan, yang kau berikan keperluan ketika dia butuhkan. Ibu, dia anakmu. Ibu pasti sayang padanya dengan perasaan yang sangat dalam.
Sanggupkah kau biarkan anak lelakimu yang merupakan anakmu yang sangat kau sayangi ditarik ke Neraka hanya karenamu?
Sanggupkah kau biarkan anak lelaki yang kau lahirkan, ditarik dan di siksa di dalam Neraka hanya karenamu?
Sungguh biarpun dia diam dan tidak menegur perilaku dirimu, namun tidak maukah kau berubah untuk menjaganya dari siksaan api  Neraka di akhirat kelak? Dia sendiri tidak mampu menampung dosanya, apa lagi dosamu. Tidakkah kau merasa bersalah, setiap kali kau melangkah keluar tanpa menutup aurat, kau telah menambah dosanya untuk di tarik ke Neraka.
Tegakah kau membiarkan mereka ditarik ke neraka hanya karenamu, wahai saudariku? Mengapa tidak berubah, mari berhijrah berusaha menjadi muslimah sejati agar mereka dapat selamat dari siksaan api neraka.
Jadilah kalian muslimah sejati agar 4 golongan lelaki ini tidak menjadi mangsa tarikanmu ke Neraka. Mereka bukanlah ahli maksum yang terpelihara daripada dosa tetapi mereka juga melakukan dosa. Namun jika dosa mereka tidak mampu mereka tampung, apa lagi menampung dosamu.
Begitu banyak dosa yang telah aku lakukan, oleh karena sebab itu aku memutuskan untuk berhijrah, berusaha menjadi muslimah sejati agar aku dapat menyelamatkan ayah serta sodara laki-lakiku, akupun mulai membeli sejadah, mukenah, al-qur’an, serta buku panduan sholat, semoga waktu-waktuku setelah berhijab lebih berkah dan di ridhoi oleh Allah.
Dulu sebelum aku memutuskan untuk berhijab aku pernah bilang kepada ibuku, dan ibu mengijinkan dengan syarat ketika kita sudah memutuskan untuk menutup aurat kita, jangan pernah sekali-kali kau buka lagi auratmu.
Tapi berbeda dengan ayahku, ketika aku kirimkan fotoku dengan memakai gamis dan jilbab panjang  kepada beliau, beliau berkata “Kamu kan kerja di Taiwan, kalau kamu pulang dengan menggunakan pakaian seperti itu nanti orang-orang kira kamu baru pulang dari Arab Saudi”. Tapi aku berhasil meyakinkannya untuk bisa menerima bahwa ketika aku pulang nanti aku akan menutup auratku.
Ya, saat ini aku sedang bekerja di negara yang mayoritas penduduknya beragama non muslim, hal ini menjadi salah satu ujian untuk para muslimah yang bekerja di sini, tidak semua masyarakatnya menyukai orang yang mengenakan hijab termasuk bos ku sendiri, kebetulan aku bekerja sebagai care taker atau biasa di sebut bekerja menjaga orang tua dan saat ini aku bekerja menjaga kakek berusia 85 tahun. Ketika keluarga kakek yang aku jaga melihat kepalaku tertutup rapat, mereka sempat kaget dan bertanya kepadaku “kenapa kamu menutupi kepalamu?” dan aku jawab karena aku muslim dan aku nyaman memakainya.
Selang beberapa bulan, tepatnya di bulan juni 2013, tiba-tiba majikanku memutuskan untuk memberentikanku, aku di pecat dari pekerjaanku, lalu aku di jemput oleh agencyku untuk di bawa ke kantor untuk proses mencari pekerjaan yang baru, di sepanjang perjalanan aku berfikir, sebenarnya apa yang membuat mereka memecatku, apakah aku telah berbuat salah, apakah aku telah menyakiti hati mereka, setibanya di kantor aku langsung di panggil keruangan yang sudah banyak orang berkumpul di sana, dan di sini jawaban atas kebingunganku terjawab, semua orang memandangku dengan wajah sinis, dan ada satu penerjemah yang menghampiriku sambil berkata “kenapa kamu pakai jilbab di sini, apa kamu tidak tau kalau orang Taiwan itu tidak suka melihat orang memakai jilbab, kamu ingin tau kenapa kamu di pecat dari pekerjaanmu, karena bos kamu itu tidak suka melihat kamu memakai jilbab, sekarang kamu lepas jilbab itu, kalau tidak mau kami akan memulangkan kamu ke Indonesia”.
Seketika aku menangis di tempat ketika mereka melepakan jilbab dari kepalaku, sambil berkata dalam hati “Ya Allah, ampuni hamba Ya Allah, ampuni dosa ayah hamba ya Allah, Ya Allah panjangkan umur hamba untuk terus bisa memperbaiki diri dan kembali di jalanMu’.
Setelah 2 minggu menunggu akhirnya ada orang yang mau mempekerjakanku lagi, masih sama seperti pekerjaanku yang dulu, yaitu menjaga seorang kakek. Lagi-lagi ketika aku minta ijin kepada keluarga bos baruku untuk memakai jilbab, mereka dengan tegas menolak, lagi-lagi mereka melarangku memakai jilbab.
Ya Allah aku yakin ini semua adalah bukti betapa Engkau sayang kepadaku, engkau ingin tau seberapa sabar dan kuatnya diri ini dalam menghadapi ujianMu, tidak ada ujian yang Engkau berikan kepada hambamu melainkan untuk menguatkan iman dan meninggikan derajatnya, tidak ada ujian yang melemahkan. Jujur sampai saat ini aku benar-benar sedih dan merasa sangat berdosa karena belum bisa berhijab dengan sempurna
, ketika di rumah bersama keluarga kakek yang aku jaga aku di larang untuk memakai jilbab, tapi ketika aku pergi tanpa keluarga bos ku, sebisa mungkin aku selalu berusaha untuk menutup rapat auratku. Ya ketika aku keluar rumah aku selalu membawa gamis, dan jilbab di dalam tasku, dan di saat mulai  jauh jarak antara aku dah rumah bosku, aku berganti pakaian bak muslimah sejati, ada kenyamanan yang luar biasa ketika aku mengenakannya. Begitupun ketika aku hendak pulang ke rumah bosku, aku selalu berganti pakaian yang aku pakai hendak berpergian tadi, lagi lagi merasa sangat berdosa sambil berkata “Ampuni aku ya Allah, karena sampai detik ini aku belum bisa taat terhadap perintahmu, ampuni dosa ayah hamba ya Allah”.
Terkadang aku sedih, ketika melihat para muslimah yang tinggal di negara mayoritas muslim tapi masih enggan untuk menutup auratnya, ya seperti di negara kita sendiri Indonesia, hanya karna gengsi, hanya karena rambutnya bagus, hanya karna keliatan gak gaul alias kuno, dan masih banyak lagi alasan yang lainnya, wahai sodariku apa artinya pujian pujian itu kalau Allah malah murka terhadapmu, sejatinya semua kecantikan yang engkau miliki adalah milik Allah semata, kulit putihmu, tubuh seximu, rambut indahmu itu semua hanya titipan yang bisa di ambil oleh Allah kapan saja, jangan sampai kecantikkanmu menjadi fitnah di dunia dan menjadi azab yang hina di akhitat.
Dinegara kita tidak ada larangan berjilbab, tidak ada larangan untuk beribadah, apakah kalian tidak malu kepada sodari kita yang sedang memperjuangkan jilbabnya di negara non muslim, semoga Allah senantiasa membiri hidayah kepada mereka yang belum berhijab. Memang hijrah di jalan Allah itu butuh perjuangan yang tidak mudah, aku tau karena aku tengah merasakannya, tapi aku yakin Allah tidak pernah meninggalkanku, Allah selalu ada di hati orang-orang yang mencintaiNya. Ketika kita berhijrah banyak hal yang Allah ambil dan di ganti dengan hal yang lebih baik. Seperti hadist riwayat Ahmad  "Sungguh tidaklah yang engkau tinggalkan sesuatu karena Allah,  kecuali Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik bagimu". Ya aku sempat merasa kehilangan sahabat-sahabat dekatku ketika aku memutuskan untuk berhijab, entah apa alasannya akupun tidak tau tapi aku selalu bersaha untuk tetap berhusnudzon terhadap mereka mungkin karena merka sibuk dengan pekerjaannya, karena akupun sedang sibuk memperbaiki diri, seiring berjalannya waktu Allah selalu menghadirkan sahabat-sahabat yang mengalami hal yang serupa sepertiku, mereka sedang berhijrah memperbaiki diri di jalan Allah, subhanallah sekali ketika kami sedang malas bertilawah mereka saling menyemangati, saling berbagi ilmu agama, dan saling menguatkan ukhuwah fillah, maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
Allah berfirman, “Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nisa: 100).




Taiwan, 16 maret 2014
By.Yulis Silvia