Rabu, 28 Agustus 2013

Inspirasi Dan Penyemangat bagi jiwa yg merasa sepi.,.,


Diam, sepi, sendiri. Kucoba tetap tersenyum dan memang tangis pun tidak akan menghadirkan siapa pun dalam waktu seperti ini bukan? Siapa bilang??? Ke mana ilmu tauhid yang kau pelajari? Dimana kau tempatkan Allah di hatimu??? 
 Apakah hanya karena temaram lampu di penghujung malam ini yang menemanimu lantas kau katakan sendiri, dan selalu sendiri??? 
Tidak sayang, istighfarlah dan bukalah kitab sucimu. Kau akan temukan kedamaian, kau akan dapatkan jawaban dari setiap kegelisahan yang menyeruak hingga ubun-ubun, akan kau temukan titisan ketenangan bagai kemarau panjang yang dipertemukan dengan rintik-rintik hujan, percayalah, lakukanlah, baca ayat-ayat cintaNya dengan cinta. Angin yang membelai wajahmu itu Allah ciptakan untuk menghapus air matamu, jutaan bintang itu Allah ciptakan untuk menemani kesendirianmu, senyuman rembulan itupun adalah untukmu… untuk mu sayang, untuk kau pahami bahwa kau tidak pernah sendiri. Jika kau memang tak bisa mendengar gelak tawa sahabatmu di seberang sana, dengarlah, ada yang lebih setia dari mereka, yang tak pernah membiarkanmu sendiri, dengarlah detak itu, detak yang sejak lahir Allah anugerahkan untukmu, untuk apa??? Untuk kau tafakuri bahwa kau tidak pernah memiliki satu masapun sendiri di fananya alam ini, detak yang lebih setia daripada kisah persahabatan, dari pada kisah percintaan, yang lebih dekat dengan hatimu, tapi sedikit lebih jauh dari telingamu, sehingga sering kau lupa mensyukuri anugerah ini, detak ini hanya akan terdengar kala tak ada detak lain yang menyaingi kelembutan suaranya. Detak yang keberadaannya membuat eksistensimu di dunia ini tidak diragukan. Tahukah kau?? Sunyi itu Allah ciptakan agar kau lebih menghargai detak ini. Perasaan itu kembali menelisik dalam singkatnya malam bulan Juni di pelataran Eropa, kubaca Al Qur’an, gemericik hujan di pipi membuncahkan rindu itu lagi, sejenak aku kembali diam, menghitung bulan, minggu dan hari, bahkan jam, tak lama lagi akan aku peluk pujaan hatiku, tak lama, tak lama lagi, cobalah untuk sabar. Tiket pesawat telah kubeli, kulihat tanggal kelahiranku sebagai tanggal aku akan memijakan kakiku kembali di tanah Indonesia setelah hampir 2 tahun meninggalkannya. Memang belum terlalu lama jika dibandingkan dengan kisah perantauan Abdullah Khoirul Azzam dalam Ketika Cinta Bertasbihnya kang Abik. Tapi aku adalah aku, yang tak kuat menelan pil kerinduan ini terlalu lama. Liburan musim panas yang panjang dan tiket pesawat yang terbilang lebih murah memberikan izin untukku sedikit berani merealisasikan sebuah harapan sederhana, harapan yang lumrah bagi setiap pemilik hati yang diselimuti rindu, “Lebaran di kampung halaman bersama segenap keluarga terkasih….“ Terlebih ada yang spesial… Usiaku genap seperlima abad saat pesawat Emirates mengudara dari Frankfurt menuju persinggahan sementara, Dubai… tepat dengan seatNr. 28A. Itulah rencana, yupp… manusia hanya bisa berencana, tak memiliki satu ketetapan pun yang menjamin pertemuan yang diagendakan itu akan menjadi sebuah kenyataan. Untuk tetap bertemu dengan detak ini pun aku tak tahu. Seperti rencana umi dan bapak yang diutarakannya kemarin via telepon, “Nanti kita jemput di bandara yaah, umi dan bapak mau nyengcelengan (nabung) untuk jemput neng“ Gerimis kembali menghiasi pelupuk mataku, untuk sebuah perjumpaan dengan yang tercinta diprogramkan jauh-jauh hari sebelumnya. Terbayang sudah pelukan hangat umi, ciuman sayang bapak, senyuman teteh dan aa, dan gelak tawa keponakanku, rencana itu begitu indah tergambar meski tak ada jaminan. Perjumpaan denganNya, sang peniup hawa rindu dan pengabadi kisah cinta, yang merupakan sebuah kepastian, apakah telah kita persiapkan??? Kali ini bukan hanya gemericik dan gerimis lagi yang membuat sembab mataku, beralih menjadi hujan deras di pipi saat teringat aku belum memiliki apa-apa, aku belum memiliki bekal untuk berjumpa dengan yang aku bilang “kekasih sejati“. Dalam Rencana dan harapan, terbesit sebuah ketakutan. “Umi dan bapak selalu mendoakan neng agar neng sukses“. Tahukah umi, bapak, teteh, aa, gadismu ini, adikmu ini selalu berdoa agar kalian selalu bahagia, bahagia dengan kucuran cintaNya yang tak pernah henti membanjiri relung hati, bahagia dengan apapun ketetapan yang telah Allah berikan. Aku berharap kalian akan tetap berbahagia jika sukses yang aku inginkan adalah segera berjumpa dengan kekasih yang selalu menemani, selalu menghapuskan rongrongan kesendirian ini, yang menyeka butir-butir bening yang lahir ketika keresahan menggulung hati, yang mengatakan, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(Al Baqarah 186) Kata-kata cinta itu yang mampu menenangkan gegap gempita kegelisahan yang melanda jiwa saat tak ada seorang pun menyertai perjalanan terjal ini. Umi, bapak, teteh, aa… semuanya… aku ingin pulang… ingin segera pulang, Aku ingin pulang dalam keadaan sukses, kesuksesan yang sebenarnya adalah ketika kita pulang keharibaanNya dalam keadaan husnul khatimah, itulah konsep sukses yang terpatri dalam benakku. Ya… aku merindukanNya, semakin hari semakin kupahami dunia hanyalah kesenangan yang semu, kejadian demi kejadian yang memindahkan aku dari suatu tempat ke tempat lain semakin mengingatkan aku bahwa hidup di dunia ini hanya singgah saja, hanya berjalan menapaki skenario yang telah Allah gariskan, kadang kita terlena melihat kemegahan- kemegahan tempat singgah kita sehingga lupa bahwa ada saatnya kita pulang. Sebenarnya sama saja bukan seperti singgah di Dubai yang hanya beberapa jam saja?? Meski di sana ada gedung termewah dan hotel termahal, kita hanya bisa melihatnya saja, tanpa memilikinya. Kita ini terlalu sombong hanya karena telah singgah di tempat mewah, padahal tempat pulang kita adalah sama pada akhirnya, hanya saja rute perjalanan kita yang berbeda, untuk sampai ke Indonesia dari Jerman saja tak hanya singgah di Dubai rutenya, ada yang transit di Singapore. Betulkah tempat pulang kita sama?? Tidak, tempat pulang kita ditentukan oleh jalan yang kita tempuh. Selalu ada kiri bersama kanan, Tapi tujuan kita sama kan??? JannahNya, semoga kita sampai kepada tempat yang keindahannya lebih indah dari apapun yang terbesit di hati, yang kemegahannya lebih megah dari segala yang pernah terlihat, yang kemewahannya jauh lebih mewah dari apa-apa yang pernah kita dengar. Dan semoga kita terhindar dari tempat abadinya penderitaan. “Dunia ini bagaikan jembatan untuk mencapai pulau impian kita bernama Akhirat, tidak masuk akal bukan jika seseorang membangun istana megah di jembatan????“ Dan aku termasuk orang yang tak terlalu pandai menjaga hatiku agar tidak tergoda dengan berbagai angan- angan yang hanya berorientasi kebahagiaan dunia, aku juga terlalu lemah untuk terus berlari mengejar kesenangan yang sesaat itu. Maka aku ingin segera pulaang…… Salahkah??? Astaghfirullah… ya Allah maafkanlah aku, aku masih merasa kesulitan untuk membedakan putus asa dengan rindu berjumpa denganMu, jika ini adalah keputus asaan, tolong kuatkanlah aku… kuatkan ya Allah…jauhkan aku dari putus asa… Lahaula walaquwwata illabillah ….tapi Jika ini adalah kerinduan untuk menatap wajahMu, deraskanlah rasa ini ya Rahim. Aku adalah sebutir pasir yang tidak memiliki keistimewaan, tapi aku merasa sangat istimewa karena kalian orang-orang yang istimewa merasa bahagia memilikiku, umi, bapak, teteh, aa, keponakan-keponakanku, aku cukup merasa berarti ketika kalian mengatakan, “Tetangga ramai menceritakanmu, mengatakan bangga padamu, sungguh, ibumu, bapakmu dan keluargamu lebih dan sangat bangga padamu sayaang“ Aku tak perlu mengetahui mereka bangga, mereka tak pernah tau isak tangis kita, luka-luka yang kita bawa, bisa yang kita telan, jadi apa guna menceritakan mereka bangga padaku, cukup kata-kata yang terakhir yang aku tunggu selama ini, dan akhirnya aku mendapatkannya, terima kasih. Saat ini aku masih harus menginjak paku-paku tajam itu, aku takut, aku takut kata-kata yang pernah indah terdengar itu hilang karena aku tak bisa menjadi mutiara yang selalu menjadi mutiara di manapun berada Berselimutkan sutra atau pecahan kaca, mutiara tetaplah mutiara dengan cahaya yang memukau pandangan mata. Aku takut umi, takut, langkah kakiku mulai melemah. Entah bisikan yang baik atau jahat yang tiba-tiba akhir- akhir ini sering melintas di benakku, “Mungkin ini saat yang tepat aku kembali kepada Pemilikku, sebelum takabur menyinggahi salah satu bilik hati, atau??? Telahkah aku takabur dengan merasa menjadi baik sehingga mengatakan ini waktu yang tepat untuk pulang???“ Sebuah harapan atau ……., ahh…lagi-lagi perasaan itu terlalu sulit untuk dideteksi dengan nalar dan logikaku. Allah… jagalah hatiku, jagalah imanku. Keluargaku, Akan kuceritakan satu-satunya hal yang bisa membuat aku tetap berjalan meski taburan duri di hadapan, yaitu, keyakinan bahwa kelelahan dan rasa sakit ini tidak akan menjadi abadi jika kita menjalaninya lillah. Seperti apa yang telah diajarkan kalian bukan??? Terima kasih telah mengajariku mengenal Allah, Tuhanku, Tuhan kita, Tuhan Semesta. Aku merindukan kalian, tapi perasaan ini lebih mencengkeram… ahhh… tapi tidak dibenarkan jika kita mengaharapkan kematian, Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian, dan janganlah meminta kematian sebelum datang waktunya. Apabila seorang di antara kalian meninggal, maka terputus amalnya. Dan umur seorang mukmin tidak akan menambah baginya kecuali kebaikan. (HR Muslim) Baiklah, tapi tidak salah bukan jika aku ingin menitipkan pesan, “Jika suatu hari nanti aku tak sempat meminta maaf atas segala khilaf dan salah, aku mohon maafkanlah … dan aku mohon jangan ratapi kepergianku dengan kesedihan… tetaplah berdoa seperti do’a yang dulu mi, pak, teh, a, tetap do’akan agar aku sukses, dan mencapai cita-citaku, juga cita-cita kita, menatap wajahNya di JannahNYa.“ Salam cinta tiada tara, salam rindu yang menggebu. UntukMu, untuk kalian yang tercinta.


Senin, 26 Agustus 2013

Romantisnya Baginda Rasulullah SAW


Bagaimana romantisnya Baginda Rasulullah kepada istri-istrinya, sebaiknya kita simak sekelumit cerita pendek yang dicontohkan Rasulullah bagaimana bersikap romantis kepada istri-istrinya. Rasulullah suri tauladan kita, manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami.

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”. Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti”

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.

Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya”. Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka”.

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka.

Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. “Wahai si pipi kemerah-merahan” adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah.

Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan berumahtangga. Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya.
Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.

Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumahtangga kita?
Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum, bukan begitu?


Senyum, Salaman, Dan Salam



 Seorang Muslim yang baik, dituntut untuk bisa bergaul dengan apik di tengah masyarakat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan dari mereka, itu lebih besar pahalanya daripada mukmin yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 383, Ahmad 22497, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 6651)

Sedangkan bergaul di tengah masyarakat, modal utamanya adalah akhlak mulia. Dan sesungguhnya akhlak yang mulia itu sendiri adalah cerminan kesempurnaan iman seorang muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR. Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”). Sehingga semakin tinggi iman seseorang, semakin baik pula akhlaknya.

Diantara sekian banyak akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam ada yang mudah dan sederhana yang bisa kita dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari dalam bergaul di tengah masyarakat, yaitu 3S: ‘senyum, salaman dan salam‘.

Memperbanyak senyum
Senyum kepada lawan bicara, atau orang yang ditemui, akan mencairkan hati dan menimbulkan kebahagiaan. Tidak ada hati yang fitrah dan bersih kecuali pasti akan memberikan respon positif terhadap senyuman. Wajah yang penuh senyuman adalah akhlak Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Sebagaimana yang diceritakan oleh sahabat Jarir bin Abdillah Radhiallahu’anhu : “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat beliau kecuali beliau tersenyum padaku” (HR. Bukhari, no.6089).

Selain menjadi bagian dari praktek akhlak mulia Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, senyuman juga hal yang diperintahkan oleh beliau kepada ummatnya dalam berinteraksi sosial. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi 1956, ia berkata: “Hasan gharib”. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib)
Hadits ini juga dalil bahwa senyum itu merupakan sedekah.

Walhamdulillah, betapa Allah itu Ar Rahim, sangat penyayang kepada hamba-Nya. Karena ternyata sedekah itu tidak harus dengan uang atau harta benda. Cukup menggerakkan otot wajah dan bibir, membentuk sebuah senyuman, seseorang sudah bisa bersedekah. Betapa banyak orang yang ditemui setiap hari sehingga betapa banyaknya sedekah yang dilakukan jika kita mempraktekan akhlak mulia ini.

Andai anda berat untuk tersenyum, setidaknya janganlah bermuka masam, kecut, sinis kepada orang lain. Sekedar memasang muka yang cerah, itu sudah dihitung kebaikan dalam Islam. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu terhadap saudaramu” (HR. Muslim, no. 2626)





Minggu, 25 Agustus 2013

Biografi, Silsilah Dan Keturunan Nabi Muhammad SAW



Bismillahirrahmanirrahim........ Puji syukur kehadirat Allah SWT, Kedua kalinya sholawat dan salam slalu kami panjatkan untuk baginda Muhammad SAW, yang mana atas perjuangan beliau, langit, bumi dan seisi dunia pun tak kan sanggup membayar sgala perjuangan dan pengorbana beliau, maka dari itu sangat aneh jika ada orang yang mengaku muslim tapi tidak tau sejarah nabi yang membawa agama tersebut, maka dari itu kali ini saya akan mencoba membabarkan sejarah silsilah keluarga Rasullullah SAW, dialah sang mentari, dialah sang rembulan dan dialah cahaya terang yang datang di tengah-tengah kegelapan
Nama : Muhammad Lahir : Makkah, Jazirah arab Sekitar 570/571 Masehi Meninggal : Madinah, Jazirah arab 8 Juni, 632 (umur 63) Nama Lain : Ahmad, Al-Amin, As-Saadiq, Rasul Allah dan Abu al-Qasim
Muhammad bin Abdullah adalah nabi terakhir atau nabi akhir zaman, nabi dan rasul penutup dan tiada lagi nabi setelahnya,Menurut biografi Nabi Muhammad di lahirkan sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah (Makkah) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
Michael H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.


Etimologi
"Muhammad" secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'Kha-mim-dal' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al- Qur'an Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As- Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (ﻪﻠﻟﺍ ﻝﻮﺳﺭ), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (ﻢﻠﺳ ﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al- Qasim yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.


Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an- Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan. Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin IBRAHIM, yaitu keturunan Sam bin Nuh. Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.


Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah
Di dalam raudhah ada tujuh tiang yang paling bersejarah.
TIANG HARUM (Mukhallaqah), Tiang Mukhallaqah menempel di mihrab Nabi Di tiang ini Nabi SAW melaksanakan shalat- shalat wajib. Tiang ini diberi nama harum karena selalu diberi pengharum oleh Aisyah, istri Nabi.
-TIANG AISYAH, Tiang ini juga sering diberi wewangian, karena itu juga disebut tiang Mukhallaqah. Disebut tiang Aisyah karena dari pintu ini Nabi masuk ke mesjid setelah keluar dari rumah Aisyah, dan di tiang Mukhallaqah dan tiang Aisyah saat kini orang- orang berebutan shalat.
-TIANG ABU LUBABAH, Tiang ini disebut pula tiang taubat, di masa hidupnya, Abu Lubabah pernah berkhianat kepada Nabi. Kemudian ia menyadari perbuatannya dan bertobat, dia mengikatkan diri pada tiang itu sampai turun wahyu ampunan dari Allah untuknya. Allah SWT menerima taubat Abu Lubabah dengan turunnya surat al- Anfal ayat 27. Abu Lubabah mengikatkan dirinya di tiang itu selama 9 hari. Abu Lubabah tidak mau melepaskan ikatannya sendiri, akhirnya Nabi SAW sendiri yang melepaskan ikatan talinya sesuai dengan harapan dan permintaan Abu Lubabah.
-TIANG SARIR (tempat tidur), Di tempat itu diletakkan alas/tikar tidur yang digunakan Nabi SAW saat i’tikaf di Mesjid. Tiang Mahras (penjaga), Tempat para sahabat menjaga Rasulullah.
-TIANG WUFUD (utusan/ tamu), Tempat Nabi SAW menerima tamu-tamu istimewanya. Tiang Murabba’ al-Kubur, Terletak di pojok segi empat barat laut (kamar Aisyah). Tempat berdirinya Malaikat Jibril jika menjumpai Nabi Muhammad menyampaikan wahyu atau isyarat lain, saat kini di dalamnya terdapat makam Rasululloh SAW serta sahabatnya Abu Bakar Sidiq dan Umar bin Khotob. Di atasnya terdapat kubah kecil berwarna hijau.


NAMA ISTRI-ISTRI RASULULLAH

1.Khodijah binti Khuwailid RA, Dinikahi oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika usia beliau 25 tahun dan Khodijah 40 tahun. Dari pernikahnnya dengan Khodijah Rasulullah SAW memiliki sejumlah anak laki- laki dan perempuan. Akan tetapi semua anak laki-laki beliau meninggal. Sedangkan yang anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita lain selama Khodijah masih hidup.

2.Saudah binti Zam’ah RA, Dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian beberapa hari setelah wafatnya Khodijah. Ia adalah seorang janda yang berusia lanjut yang ditinggal mati oleh suaminya yang bernama As-Sakron bin Amr.

3..Aisyah binti Abu Bakar RA, Dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawal tahun kesebelas dari kenabian yaitu setahun setelah beliau menikahi Saudah atau dua tahun lima bulan sebelum Hijrah. Ia dinikahi ketika berusia 6 tahun, dan mulai tinggal serumah dengan Rasululloh SAW di bulan Syawwal 6 bulan setelah hijrah pada saat usia beliau 9 tahun. Ia adalah seorang gadis dan Rasulullah SAW tidak pernah menikahi seorang gadis selain Aisyah. Selain itu Aisyah ra adalah sosok wanita yang cerdas dan memiliki ilmu yang sangat tinggi dimana begitu banyak ajaran Islam terutama masalah rumah tangga dan urusan wanita yang sumbernya berasal dari sosok ibunda muslimin ini.

4.Hafsah binti Umar bin Al- Khotob RA, Setelah ditinggal mati oleh suaminya Khunais bin Hudzafah As-Sahmi, kemudian dinikahi oleh Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah. Beliau menikahinya untuk menghormati bapaknya Umar bin Al-Khotob.

5.Zainab binti Khuzaimah RA, Berasal dari Bani Hilal bin Amir bin Sho’sho’ah dan dikenal sebagai Ummul Masakin (ibunya orang miskin) karena ia sangat menyayangi mereka. Sebelumnya ia bersuamikan Abdulloh bin Jahsy akan tetapi suaminya syahid di Uhud, kemudian Rasulullah SAW menikahinya pada tahun keempat Hijriyyah. Ia meninggal dua atau tiga bulan setelah pernikahannya dengan Rasulullah SAW .

6.Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah RA, Sebelumnya menikah dengan Abu salamah, akan tetapi suaminya tersebut meninggal di bulan Jumada Akhir tahun 4 Hijriyah dengan meningalkan dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW pada bulan Syawwal di tahun yang sama, alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormati Ummu Salamah dan memelihara anak-anak yatim tersebut.

7.Zainab binti Jahsyi bin Royab RA, Berasal dari Bani Asad bin Khuzaimah dan merupakan puteri bibi Rasulullah SAW. Sebelumnya ia menikah dengan Zaid bin Haritsah kemudian diceraikan oleh suaminya tersebut. Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW di bulan Dzul Qo’dah tahun kelima dari Hijrah. Pernikahan tersebut adalah atas perintah Alloh SWT untuk menghapus kebiasaan kaum Jahiliyah yang menjadikan anak angkat sebagai anak kandung dan juga menghapus segala konskuensi pengangkatan anak tersebut (bekas istri anak angkat boleh dinikahi oleh ayah angkatnya/ kedudukanya bukan Muhrim dalam ajaran Islam).

8.Juwairiyah binti Al- Harits RA, Adalah pemimpin Bani Mustholiq dari Khuza’ah. Ia merupakan tawanan perang yang sahamnya dimiliki oleh Tsabit bin Qais bin Syimas, kemudian ditebus oleh Rasulullah SAW dan dinikahi oleh beliau pada bulan Sya’ban tahun ke 6 Hijrah. Alasan beliau menikahinya adalah untuk menghormatinya dan membebaskannya dari tawanan perang.

9.Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan RA, Sebelumnya ia dinikahi oleh Ubaidillah bin Jahsy dan hijrah bersamanya ke Habsyah. Suaminya tersebut murtad dan menjadi nashrani dan meninggal di sana. Ummu Habibbah tetap istiqomah terhadap agamanya (islam). Ketika Rasulullah SAW mengirim Amr bin Umayyah Adh-Dhomari untuk menyampaikan surat kepada raja Najasy pada bulan Muharrom tahun 7 Hijrah. Nabi mengkhitbah Ummu Habibah melalui raja tersebut dan dinikahinya serta dipulangkan kembali ke Madinah bersama Surahbil bin Hasanah.


10Shofiyyah binti Huyay bin Akhtob RA, Berasal dari Bani Israel, ia merupakan tawan perang Khoibar lalu Rasulullah SAW memilihnya dan dimeredekakan serta dinikahinya setelah menaklukan Khoibar tahun 7 Hijriyyah. Pernikahan tersebut bertujuan untuk menjaga kedudukan Shofiyyah binti Huyay sebagai anak dari pemuka kabilah.

11.Maimunah binti Al- Harits RA , Saudarinya Ummu Al- Fadhl Lubabah binti Al- Harits. Ia adalah seorang janda yang sudah berusia lanjut, dinikahi di bulan Dzul Qa?dah tahun 7 Hijrah pada saat melaksanakan Umroh Qadho.

12.Mariah AL-Qibtiyya , Awalnya adalah seorang budak yang dihadiahkan oleh Raja kaum Qibty dari Mesir kepada Rasululloh SAW, Dalam perinikahannya dengan Rasululloh SAW dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim. Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. Tiga tahun setelah menikah dengan Mariah Al Qibtiyya, Rasululloh SAW meninggal dunia. Mariah Al-Qibtiyya akhirnya meninggal 5 tahun kemudian, tahun 16 A.H.

 PUTERA:
1. Abdullah bin Muhammad Putra beliau dari Khadijah, meninggal ketika masih kecil.
2. Qasim bin Muhammad Putra beliau dari Khadijah yang meninggal ketika masih kecil.
3. Ibrahim bin Muhammad (wafat 10 H) Putra Nabi dari Mariah Qibtiah. Dia hanya hidup selama 18   bulan. Nabi menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridai Allah”.

PUTRI:
1. Fatimah binti Muhammad / Fatimah Az- Zahro (wafat 11 H) Putri bungsu Rasulullah SAW dari Khadijah yang paling disayangi oleh Rasulullah SAW. Dia tergolong wanita Quraisy yang genius dan pintar bicara. Dia menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari perkawinan ini lahirlah Hasan, Husain, Ummi Kultsum dan Zainab. Dia meninggal 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah. Dan dari Fatimah Az-Zahro ini lahirlah dzuriyah (keturunan) Rasul sampai sekarang, yang di masyarakat lazim dijuluki Sayid, Habib ataupun Syarief.

2. Ruqaiah binti Muhammad (wafat 2 H) Putri Rasulullah SAW. dari Khadijah yang dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan dia akan binasa” (S. Al-Masad/ Al-Lahab ayat 1) dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah ), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah seterusnya meninggal di kota itu pula.

3. Ummi Kultsum binti Muhammad (wafat 9 H/639 M) Putri Rasulullah dari Khadijah yang dipersunting oleh Utaibah bin Abu Lahab pada masa Jahiliah. Setelah turunnya ayat yang artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. Al-Masad / Al-Lahab ayat 1) ia dicerai oleh Utaibah atas perintah Abu Lahab. Sepeninggal kakaknya, Ruqaiyah ( istri pertama Usman bin Affan ), Ummi Kultsum dinikahi oleh Usman bin Affan. Dia ikut berhijrah ke Madinah.

4. Zainab binti Muhammad (wafat 8 H.) Putri sulung Rasulullah dengan Khodijah, Dia dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’ memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Rasulullah meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah Abdul Ash bin Rabi’ masuk Islam, Rasulullah SAW. mengawinkan mereka kembali.


Referensi : Wikipedia dan dari berbagai sumber
Di Lihat dari sejarah diatas bahwa nabi menikahi wanita bukan semata-mata karna nafsu atau syahwat belaka tapi lebih dari itu rasullullah menikahi wanita-wanita tersebut karena belas kasih dan kehormatan bukan seperti raja-raja yang mengawini puluhan bahkan ratusan wanita cantik yang di jadikan selir untuk melampiaskan nafsu semata terbukti dari skian istri-istri nabi hanya satu yang masih gadis(perawan) bahkan ada yang mantan budak dan janda yang sudah tua, sungguh betapa mulianya sifat beliau padahal beliau adalah orang yang paling mulia di dunia ini yang mudah saja jika mencari ratusan perempuan-perempuan cantik untuk di jadikan istri. Allahu a'lam.








4 Kunci Surga Seorang Istri




Barangkali Anda pernah mendengar kisah tentang seorang shahabiyah (sahabat wanita) Rasulullah yang tidak pernah keluar rumah selain atas izin suaminya. Hal itu istiqamah ia lakukan bahkan ketika ia mendapat kabar tentang wafatnya sang ayah. Saat itu banyak orang menghujat sikapnya yang tidak datang bertakziah ketika ayahnya wafat, namun ternyata Rasul mengatakan bahwa ia menjadi ahli surga disebabkan kataatannya pada suami.
Kisah tersebut bisa kita jadikan contoh betapa Islam sangat menghargai hak-hak suami atas istrinya. Karena pernikahan merupakan sebuah perjanjian mulia yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan seorang suami pada istrinya, maupun yang harus dilakukan istri pada suaminya.
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri sangatlah agung. Begitu agungnya sampai Rasulullah pun bersabda, “Seandainya Aku suruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku suruh seorang istri sujud kepada suaminya.”(HR Abu Daud dan Al-Hakim).
Tidak cukup sampai di situ saja, bahkan bagaimana sikap seorang istri dalam memenuhi hak suaminya tersebut bisa menjadi penentu nasibnya di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Perhatikanlah selalu bagaimana hubungan engkau dengan suamimu, karena ia adalah surgamu dan nerakamu”(Shahih. Riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ath Thabrani).
Karena suami adalah penentu surga atau neraka bagi istrinya, maka seorang istri harus mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar ia bisa menjadi ahli surga. Inilah 4 kunci surgaseorang istri:
    
1. Taat kepada suami
     
Sebagai seorang istri wajib mentaati suaminya selama yang diperintahkan suami tidak dalam kemaksiatan kepada Allah. Firman Allah, “Kemudian jika mereka mentaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.”(An-Nisa’: 34)

2. Menjaga kehormatan suaminya
 
Istri shalihah ialah istri yang dapat menjaga kehormatan suaminya, kemuliaannya, hartanya, anak-anaknya, dan urusan rumah tangga lainnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Nisa ayat 34, “Maka wanita-wanita yang shalihah ialah wanita-wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara mereka.”


3. Tetap berada di rumah suami 

Kunci surga yang ketiga adalah hendaknya seorang istri tidak keluar rumah kecuali atas izin suaminya. Dalam arti, tidak keluar kecuali atas izin dan keridhaannya, menahan pandangan dan merendahkan suaranya, menjaga tangannya dari kejahatan, dan menjaga mulutnya dari perkataan kotor yang bisa melukai kedua orang tua suaminya, atau sanak keluarganya. Hal ini disebutkan dalam dalil berikut, “Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.”(Al-Ahzab: 33)

4. Menyejukan pandangan
 
Poin terakhir yang menjadi kunci surga bagi seorang istri adalah bersikap serta berpenampilan dengan indah sehingga dapat menyejukkan pandangan suaminya. Sabda Rasulullah saw., “Wanita (istri) terbaik ialah jika engkau melihat kepadanya, ia menyenangkanmu. Jika engkau menyuruhnya, ia taat kepadamu. Jika engkau pergi darinya, ia menjagamu dengan menjaga dirinya dan menjaga hartamu.”(HR Muslim dan Ahmad).



Itulah tugas yang harus dilakukan oleh seorang istri. Karena dengan memenuhi keempatnya, maka insya Allah kunci surga ada dalam genggaman kita. Aamiin ya Rabbal Alamin.

 shafira.com

 

Status Hukum Anak di luar Nikah

Bismillah, was shalatu was salamu ‘alaa rasulillah 

Pergaulan bebas yang semakin liar, telah menjadi musibah terbesar di masyarakat kita. Lebih-lebih ketika lembaga berwenang di tempat Indonesia melegalkan pernikahan antara wanita hamil dengan lelaki yang menghamilinya di luar nikah. Keputusan ini membuka peluang besar bagi para pemuja syahwat untuk menyalurkan hasrat binatangnya atas nama ‘cinta’, ya cinta. Zina dilakukan atas prinsip mau sama mau, suka sama suka, sehingga tidak ada pihak –secara ‘hukum’ masyarakat– yang berada pada posisi dirugikan.  

 Bagi lelaki, adanya aturan semacam itu merupakan kesempatan besar untuk menyalurkan nafsu binatangnya. Tinggal pihak wanitanya, apakah dia rela membuka pintu ataukah tidak. Ingat, karena tidak ada unsur paksaan di sana. Sehingga, kuncinya ada pada pemilik pintu. Karena itulah, ketika Allah menjelaskan hukum bagi para pezina, Allah mendahulukan penyebutan zaniyah (pezina wanita). Allah berfirman,

 الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ 

 “Perempuan pezina dan laki-laki pezina, cambuklah masing-masing dari keduanya seratus kali pukulan, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 2)

 Al-Qurthubi mengatakan, “Kata “zaniyah” (wanita pezina) lebih didahulukan dalam ayat di atas karena aib perzina itu lebih melekat pada diri wanita. Mengingat mereka seharusnya lebih tertutup dan berusaha menjaga diri, maka para wanita pezina disebutkan lebih awal sebagai bentuk peringatan keras dan perhatian besar bagi mereka.” (Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran, 12: 160) 

 Karena itu, wahai para wanita mukminah, wahai para wanita yang memiliki mahkota rasa malu, wahai para pemegang kunci syahwat, peluang terjadinya zina ada di tangan kalian. Janganlah menjadi wanita murahan, yang mudah menyerahkan kunci itu. Kita semua yakin, zina tidak mungkin terjadi sepanjang Anda tidak merelakan kunci itu jatuh ke tangan lelaki buaya. Mereka tidak akan berani merebut paksa kunci itu, sebelum Anda menyerahkannya. Karena semua lelaki tidak ingin disebut sebagai pemerkosa. 

 Selanjutnya, coba Anda pahami beberapa hukum fikih berikut, semoga ini membuat Anda semakin merinding dan takut untuk membuka peluang kesempatan bagi lelaki untuk melampiaskan nafsu birahinya.

 Pertama, anak hasil zina (anak di luar nikah) tidak dinasabkan ke bapak biologis. Anak zina pada asalnya dinasabkan kepada ibunya sebagaimana anak mula’anah dinasabkan kepada ibunya. Sebab keduanya sama-sama terputus nasabnya dari sisi bapaknya (lihat Al Mughni: 9:123). 

 Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menyatakan tentang anak zina,

   ولد زنا لأهل أمه من كانوا حرة أو أمة 
“Untuk keluarga ibunya yang masih ada, baik dia wanita merdeka maupun budak.” 


 (HR. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no.2268 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no.1983) 

 Dalam riwayat yang lain, dari Ibnu Abbas, dinyatakan,

 ومن ادعى ولدا من غير رشدة فلا يرث ولا يورث
 “Siapa yang mengklaim anak dari hasil di luar nikah yang sah, maka dia tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.”
(HR. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no. 2266) 

 Dalil lain yang menegaskan hal itu adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,

 قَضَى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ كَانَ مِنْ أَمَةٍ لَمْ يَمْلِكْهَا ، أَوْ مِنْ حُرَّةٍ عَاهَرَ بِهَا فَإِنَّهُ لا يَلْحَقُ بِهِ وَلا يَرِثُ 
 Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka TIDAK dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya… (HR. Ahmad, Abu Daud, dihasankan Al-Albani serta Syuaib Al-Arnauth).

 Dalil lainnya adalah hadis dari Aisyah radhiallahu ’anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
 “Anak itu menjadi hak pemilik firasy, dan bagi pezina dia mendapatkan kerugian.” 

 Imam An-Nawawi mengatakan, “Ketika seorang wanita menikah dengan lelaki atau seorang budak wanita menjadi pasangan seorang lelaki, maka wanita tersebut menjadi firasy bagi si lelaki. Selanjutnya lelaki ini disebut “pemilik firays”. Selama sang wanita menjadi firasy lelaki, maka setiap anak yang terlahir dari wanita tersebut adalah anaknya. Meskipun bisa jadi, ada anak yang tercipta dari hasil yang dilakukan istri selingkuh laki-laki lain. Sedangkan laki-laki selingkuhannya hanya mendapatkan kerugian, artinya tidak memiliki hak sedikit pun dengan anak hasil perbuatan zinanya dengan istri orang lain.” (Syarh Shahih Muslim, An-Nawawi, 10:37) 


Berdasarkan keterangan di atas, para ulama menyimpulkan bahwa anak hasil zina SAMA SEKALI bukan anak bapaknya. Karena itu, tidak boleh di-bin-kan ke bapaknya. Bagaimana Jika Di-bin-kan ke Bapaknya? Hukumnya terlarang bahkan dosa besar. Ini berdasarkan hadis dari Sa’d,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  “Siapa yang mengaku anak seseorang, sementara dia tahu bahwa itu bukan bapaknya maka surga haram untuknya.” (HR. Bukhari no. 6385) 

 Karena bapak biologis bukan bapaknya maka haram hukumnya anak itu di-bin-kan ke bapaknya. Lantas kepada siapa dia di-bin-kan? 

 Mengingat anak ini tidak punya bapak yang ‘legal’, maka dia di-bin-kan ke ibunya. Sebagaimana Nabi Isa ‘alaihis salam, yang dengan kuasa Allah, dia diciptakan tanpa ayah. Karena beliau tidak memiliki bapak, maka beliau di-bin-kan kepada ibunya, sebagaimana dalam banyak ayat, Allah menyebut beliau dengan Isa bin Maryam.

 Kedua, tidak ada hubungan saling mewarisi. Tidak ada hubungan saling mewarisi antara bapak biologis dengan anak hasil zina. Karena sebagaimana ditegaskan sebelumnya, bapak biologis bukan bapaknya. Memaksakan diri untuk meminta warisan, statusnya merampas harta yang bukan haknya. Bahkan hal ini telah ditegaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, di antaranya:

 Abdullah bin Amr bin Ash mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka TIDAK dinasabkan ke bapak biologisnya dan tidak mewarisinya… (HR. Ahmad, Abu Daud, dihasankan Al-Albani serta Syuaib Al-Arnauth). 

 Jika bapak biologis ingin memberikan bagian hartanya kepada anak biologisnya, ini bisa dilakukan melalu wasiat. Si Bapak bisa menuliskan wasiat, bahwa si A (anak biologisnya) diberi jatah sekian dari total hartanya setelah si Bapak meninggal. Karena wasiat boleh diberikan kepada selain ahli waris. 


Ketiga, siapakah wali nikahnya? Tidak ada wali nikah, kecuali dari jalur laki-laki. Anak perempuan dari hasil hubungan zina tidak memiliki bapak. Bapak biologis bukanlah bapaknya. Dengan demikian, dia memliki hubungan kekeluargaan dari pihak bapak biologis. Bapak biologis, kakek, maupun paman dari bapak biologis, tidak berhak menjadi wali. Karena mereka bukan paman maupun kakeknya. Lalu siapakah wali nikahnya? Orang yang mungkin bisa menjadi wali nikahnya adalah
a. Anak laki-laki ke bawah, jika dia janda yang sudah memiliki anak.
b. Hakim (pejabat resmi KUA). Allahu a’lam

 Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel www.KonsultasiSyariah.com






Jumat, 09 Agustus 2013

kata Ustadz Felix Siauw : UDAH PUTUSIN AJA..!!!!




1. "emang pacaran dalam Islam nggak boleh ya?" | iya, Rasul melarang segala jenis khalwat (berdua-duaan) yg bukan mahram, termasuk pacaran
2. "walaupun beda negara? LDR gitu" | mau beda negara, mau beda alam, mau beda dunia, mau LDR mau tetangga, tetep aja haram
3. "kan pacarannya nggak ngapa-ngapain?" | nggak ngapa-ngapain aja dapet dosa, rugi kan? mendingan nggak usahlah
4. "tapi kan kita punya perasaan" | so? punya perasaan nggak buat kamu boleh melanggar hukum Allah yang kasi kamu perasaan
5. "kalo pacarannya bikin positif?" | positif hamil maksudnya?
6. "hehe.. jangan suudzann, maksudnya bersamanya bikin rajin shalat geto" | shalatmu untuk Allah atau untuk pacar? pernah denger ikhlas?
7. "nggak, maksudnya kita, dia kan ber-amar ma'ruf.." | halah, dusta, mana ada kema'rufan dalam membangkang aturan Allah :)
8. "kalo orangtua udah restui?" | mau orangtua restui, mau orangutan, tetep aja pacaran maksiat
9. "katanya ridha Allah bersama ridha ortu?" | wkwk.. ngawur, dalam taat pada Allah iya, dalam maksiat? masak ortu lebih tau dari Allah?
10. "jadi nggak boleh nih? kl dikit aja gimana?" | eee.. nawar, emang ini toko besi kulakan?
11. "terus solusinya gimana? kan Allah ciptakan rasa cinta?" | nikah, itu solusi dan baru namanya serius
12. "yaa.. saya kan masih belum cukup umur" | sudah tau belum niat nikah, kenapa malah mulai pacaran?
13. "pacaran kan enak, nikmat" | iya, nikmat bagi lelaki, bagimu penyesalan penuh airmata nanti
14. "pacar saya udah bilang dia serius sih, 6 tahun lagi baru dia lamar saya" | itu mah nggak serius, sama aja teken kontrak unt sengsara
15. "pacar sy bilang nunggu sampe punya rumah baru lamar" | itu agen properti atau calon suami? nggak serius banget
16. "pacar sy bilang nikahnya nanti kalo udah cukup duit" | alasan klise, itulah yg cowok katakan untuk tunjukkin betapa nggak komit dia
17. "pacar sy bilang mau nikah tapi tunggu saudaranya nikah dulu" | ya tunda aja hubungannya sampe saudaranya nikah
18. "pacar sy bilang dia siap, tapi nunggu lulus" | alasan yang paling menunjukkan ketidakseriusan, nggak siap tu namanya
19. "pacar sy siap ketemu ortu sy sekarang juga, tapi sy yg belum siap" | cape deeh (=_=);
20. "ya udah, kakak-adik aja ya?" | wkwk.. maksa banget sih mau maksiat? giliran suruh shalat aja banyak alasan
21. "terus yang serius itu yang gimana?" | yang berani datangi wali-mu, dan dapet restu wali-mu dan menikahimu segera
22. "iya, sy udah putusin pacar, dia mau bunuh diri katanya" | tuh, tau kan mental lelaki pacaran, suruh nguras laut aja lelaki begitu
23. hal terserius yang bisa dilakukan yg belum siap adalah memantaskan diri | bukan justru mengobral diri
24. pahami agama, kaji Islam, perjuangkan Islam sebagai persiapan, itu baru serius | agar pantas dirimu jadi pasangan dan ortu yg baik
25. cinta ada masanya, pantaskan diri untuknya | bukan dengan pacaran, baku syahwat pake badan
26. kl siap walau nikahnya harus besok, barulah ta'aruf | karena ta'aruf bukan mainan bagi yg belum siap
27. jadi serius bagi yg sudah siap adl dengan nikah | sementara serius bagi yg belum siap adl mendekat dan taat pada Allah | kelir?!